Kamis, 07 November 2013

Mandai

Mandai


Berbagai macam jenis makanan dan minuman dikenal dalam kebudayaan Banjar, masakan yang ada di daerah Kalimantan Selatan biasanya unik dan menyesuaikan dengan bahan makanan yang ada di sekitar. Seperti jenis masakan yang satu ini, namanya Mandai  atau sebagian orang Kalimantan Selatan menyebutnya Dami.
Mandai atau Dami adalah kulit buah Tiwadak (cempedak) yang digoreng. Banyak orang yang bingung dan tidak tahu dengan masakan dari kulit cempedak ini.
Mandai sudah lama dijadikan lauk alternatif bagi orang Banjar, kalau hanya mengingat untuk memakan buahnya kebanyakan orang tidak terpikir untuk memanfaatkan kulitnya. Sebelum diolah, kulit cempedak dikupas bagian luarnya sehingga tampak putih kemudian dibersihkan. Nah, bagian inilah yang disebut mandai atau dami tadi, setelah menjadi mandai biasanya tidak bisa langsung digoreng tetapi harus direndam lebih dulu di dalam air selama beberapa jam. Lamanya merendam tergantung yang punya niat memasak, bisa saja sudah sebulan masih saja direndam karena tidak tiap hari memakannya. Dengan direndam ini daging mandai akan menjadi lunak sehingga saat digoreng nanti lebih mudah dan hasilnya lebih enak seperti menggigit daging.

Berikut ini resep sederhana untuk memasak mandai:
Bahan : kulit cempedak yang sudah dibersihkan (mandai), minyak goreng
Bumbu : brambang/bawang merah, bawang putih, lombok merah/hijau, garam. semua bumbu secukupnya.

Cara membuat :
kulit cempedak yang sudah dibersihkan dipotong-potong, besarnya tergantung keinginannya ada yang suka potongan besar ada juga yang kecil-kecil.
bumbu-bumbu dikumpulkan kemudian dihaluskan bersamaan.
campurkan mandai tadi ke dalam bumbu, dioles-oles atau cara apa saja yang penting mandai dan bumbu menyatu.
panaskan minyak goreng, tunggu sampai panasnya merata agar menggoreng mandainya mudah.
yang terakhir gorenglah mandai di dalam minyak yang sedang panas-panasnya untuk mendapatkan hasil yang aduhai
Cara menyajikan mandai sama seperti menyajikan lauk lainnya, cukup dihidangkan di dalam piring sudah bisa dinikmati oleh seluruh keluarga, apalagi dimakan dengan nasi panas, uma ai nyaman banar !! tapi bagi yang punya penyakit maag kambuhan hati-hati jangan kebanyakan

1 komentar:

  1. Warisan kuliner sekaligus identitas budaya... bukan hanya menggugah selera...tapi juga bisa ngangeni...terutama saat jauh dari banua...

    BalasHapus